Mengonversi teks "Meraih Impian" Kurikulum 2013
Stasiun Harap
(Karya Arif Rahman)
Cita tumbuh diantara tubuh kita
Lahir diantara rambut dan setangkup doa
Serta pekik harap di malam hari
Kau pernah mengatakan,
Barangkali hidup seperti lembar-lembar kertas yang bisu
Yang hanya hidup dalam benakmu
Yang melintas dalam mimpi seperti gerbong-gerbong kereta api tua
Yang menggumpalkan jejak sejarah pada gumpal-gumpal asap yang kelam
Aku dan ayah duduk di sana
Menatap mimpi mimpi itu yang perlahan kabur tertiup angin
Barangkali kebahagiaan seperti sebutir pasir
Yang mudah lenyap dan resap tergerus air
Namun, setiap malam ibu selalu memintal doa
Dalam setiap rajut kain dan benang kusut di dalam igaunya
Apa yang lebih berat dalam hidup ini ?
Selain mengambil keputusan, memilih dan memilah doa serta takdir
Hidup,
Juga seperti setangkai bunga yang setiap kelopaknya bisa saja busuk, digerus waktu
Namun, hidup juga seperti air, mengalir dan selalu hidup
Lalu di dalam gerbong kereta yang aku tunggangi bersama ayah
kami mencoba membelah bukit batu dengan sepucuk pisau kenangan
yang begitu tajam dan membelah bagiannya dengan tiris
Namun doa ibu menjelma menjadi mesin-mesin kereta yang tak usai mendengungkan harap dan cita
Kereta terus melaju
melintasi cahaya, melintas terjal hidup dan dinding-dinding masa lalu
Detik-detik pun merinai
mengendap dalam kubangan di samping peron stasiun tua
Bangku-bangku,
Serta gerbong kereta yang menghantarkan cita pada stasiun harap
Komentar
Posting Komentar