BW4K at Purworejo
oleh Arif Rahman
24 Juli 2017
Alarm berbunyi tepat ketika pagi masih benar-benar ranum. Desiran
jangkrik sawah masih terdengar jelas disekitar benda-benda berbayang
yang ku lihat saat hendak mematikan alarm yang berbunyi dari ponsel. Tak
selang waktu gema adzan yang menandakan subuh berkumandang memenuhi
langit, bumi, dan mimpi-mimpi masyarakat desa yang masih tertidur pulas.
Ku buka lagi ponsel adakah agenda untuk pagi hari ini, dan ternyata
tertulis di note bahwa bionic ada agenda membantu proker kkn Mba Nia
yang tempatnya di purworejo.
Lalu setelah mengetahui bahwa pagi ini ada agenda yang harus ku
jalankan, kakiku melangkah dengan meninggalkan bunyi
srekkk...srekk..srekk bunyi khas orang bangun tidur, menuju kamar mandi
untuk mengambil air wudlu lalu mengamalkan ibadah solat fajar dan solat
subuh. Di penghujung solat subuh ku tangkupkan kedua tanganku dan di
dalam keheningan ke merapalkan doa-doa untuk kesehatan,rejeki, dan
kelancaran rejeki kepada keluarga juga teman-teman dekatku, tak lupa ku
juga berdoa untuk kelancaran BW4K untuk pagi nanti.
Setelah jam dinding menunjukan pukul 5.30 ponselku berdering, kali ini
notifikasi wassap. Diriku bertanya siapa gerangan yang chat diriku se
pagi ini haha, “apa mungkin seseorang yang selalu tersemat di doa-doaku
ya ?”. Dan setelah ku buka wassap tak lain dan tak bukan ternyata chat
dari mas Wicak (Wcx) yang menkonfirmasi kedatangan untuk ikut BW4K. Mas
wicak merupakan hokage bionic angkatan Merrops Filipinus setelah
melengserkan hokage sebelumnya (Mas Aghnan) dengan dalih regenerasi
haha. Setelah membalas pesan mas wicak seperlunya, diriku langsung
bergegas untuk mandi lalu sarapan bersama bapak ibu yang kebetulan juga
akan berangkat kerja pagi. Tidak lupa pada sebuah makan pagi yang
khusyuk tersebut ku meminta restu buat perjalan ikut BW4K.
Setelah semua benar-benar siap, ku tancap gas motor bersejarahku menuju
kampus sebagai titik kumpul pertama yang ingin ikut BW4K. Hanya memakan
waktu kurang lebih 25 menit diriku telah tiba di kampus, dan ternyata
disana mas wicak telah stay menunggu kehadiranku, lalu diriku disuruh
jemput Fia dikost an karena dia katanya mas wicak juga ingin ikut BW4K,
karena menurutku perintah hokage mutlak maka diriku langsung
menjalankannya. Dan setelah menjemput fia dan tiba di kebun biologi mas
wicak kali ini stay bersama mas Kir yang konon katanya merupakan sesepuh
bionic. Setelah semua kumpul kami memulai perjalanan ke purworejo
tempat KKN mba Nia berada. Dengan bantuan GPS dan Maps motor kami melaju
meninggalkan kampus dan jogja. Sebelum benar-benar meninggalkan jogja
mas kir mampir membeli roti cakwe dan bolang-baling untuk bekal, sungguh
mulia beliau tahu bahwa anak-anaknya ini tidak membawa setangkup bekal
sekalipun kecuali air putih.
Perjalan kami lanjutkan melalui jalan godean dengan melihat denah yang
ada di google maps. Lalu sekitar 1 jam di perjalanan kami berhenti
sebentar di kulonprogo bagian barat untuk meminta petunjuk warga dan
tanpa sengaja rombongan kita bertemu dengan mas aghnan (hokage sebelum
mas wicak) dan akhirnya memutuskan melanjutkan perjalanan bersama. Ada
cerita lucu sekaligus perjuangan di balik perjalanan kami sampai ke
posko KKN nya mba Nia yang alamatnya tertulis Jatirejo Kaligesing,
Purworejo, Jawa Tengah.
Sebelum benar-benar sampai di posko KKN mba nia kami melalui medan yang
bisa saya katakan ekstrim, karena jalan yang ditunjukan GPS dan kita
lalui masih benar-benar natural/asli mulai dari jalan dengan bebatuan
yang tidak rata, jalanan berlempung, dan sampai jalanan yang aspalnya
belum sempat rata. Perasaan takut karena diriku membawa boncengan cewek
(Fia) jelas ada, tetapi mau bagaimana lagi sudah terlanjur jalan, dan
untuk balik pun sudah terlanjur jauh juga. Dan kami diperjalanan hampir
menghabiskan 3 jam lebih untuk bertanya dan mencari lokasi tempat kkn
Mba Nia dan alhasil pun kami tiba poskonya tidak sesuai dengan apa yang
diperkirakan kami tiba pukul kurang lebih 11.00.
Yaa sedih sebenernya, karena agenda BW4Knya pun hanya mba Nia sendiri
yang memimpinnya sebelum kita sampai di poskonya. Lalu agar perjalanan
nan jauh dimata tidak hanya berakir dalam sebuah kegabutan, mas kir pun
mengusulkan untuk pengamatan sendiri. Walaupun waktu sudah siang tetapi
mas Kir berpendapat tidak apalah daripada tidak sama sekali. Lalu kami
(Aku, Fia, Mas Kir, Mas Aghnan, Mas Hasbi yang datangnya juga telat, dan
Mas wicak) mulai melakukan pengamatan di puncak sekitar posko Mba Nia.
Sempat kami mendengar kabar angin juga dari salah satu teman KKN Mba Nia
bahwa di daerah desa Jatirejo Kaligesing masih banyak yang suka
melakukan pemburuan burung. Meskipun begitu kami pun melanjutkan
pengamatan, dan pada waktu itu memang kami hanya menemukan beberapa
jenis burung seperti cucak kutilang, cabai jawa dan cinenen pisang
terlebih hanya suara-suara seperti pelanduk semak dan elang ular bido.
Namun ketika ku sedang berbincang dengan Fia dan mas Hasbi tentang
sarang burung, tiba-tiba Mas Kir dengan naluri tajamnya yang siap
membelah sebuah gunung, menangkap bahwa ada sekelebat burung Ceyx sp.
yang katanya keberadaanya sampe sekarang ini masih menjadi primadona di
mata pengamat burung. Karena keberadaanya yang sangat jarang dan sulit
di jumpai. Pertama kali melihat gumam an Mas Kir tentang Ceyx diriku pun
terengah lalu seperti apa penampakan burung yang katanya primadona
tersebut. Lalu dengan tergopoh-gopoh karena ketidak sabaranku melihat
seperti apa gambaran burung ceyx tanganku dengan angkuh menggagahi
setiap halaman buku Mc.Kinon dan setelah ketemukan burung ceyx ternyata
burung tersebut merupakan famili dari burung raja udang dan cekakak. Ada
2 jenis burung Ceyx sp. yaitu Ceyx erithacus dan Ceyx rufidorsa. Ciri
dari kedua jenis burung tersebut secara kesuluruhan hampir sama yaitu
berukuran sangat kecil (14cm) dan berwarna merah kekuningan, yang
membedaknya pada Ceyx erithacus di bagian sayap terdapat warna biru
sedangkan Ceyx rufidorsa berwarna merah muda.
Setelah mengenal si ceyx primadona tersebut lewat literatur hatikupun
semakin terdedah dan melanjutkan pengamatan hingga siang untuk
menemukannya. Namun apa dayaku yang masih belum cukup tangkas ini,
sampai adzan dhuhur bergema hanya menemukan cucak kutilang. Karena telah
teramat siang maka pengamatan kami diakhiri dan turun kembali ke posko
KKN. Lalu mereview list burung yang di dapat dan membahas tentang
sekelebat yang belum pasti tetapi mas Kir menduga sekelebatan tersebut
merupakan sosok Ceyx si primadona. Ternyata mas Hasbi, mas Aghnan, dan
mas Wicak yang lebih dulu menegnal burung juga hanya 1-2x saya menjumpai
Si Ceyx tersebut sehingga mereka masih penasaran dengan gumam an Mas
Kir waktu pengamatan di atas tadi. Setelah istirahat dan berdiskusi
ringan di posko KKN mba Nia tersebut kami memutuskan untuk sholat dhuhur
di masjid yang letaknya lumayan jauh dari Posko.
Selama perjalanan menuju masjid pikiranku benar-benar terganggu dengan
kehadiran si Ceyx yang dikatakan Mas Kir tadi, rasa haus penasaranku
semakin menggunung. Lalu tanpa sadar langkah kakiku terhenti dan
ternyata sudah sampai pada masjid. Masjid tersebut kulihat tidak terlalu
besar dan tidak juga terlalu kecil, dengan serambi-serambi yang
terlihat malas karena terbayangi oleh beberapa pohon disekitarnya. Keran
–keran tua di samping masjid yang mengucurkan anak-anak air
menghasilkan suara bergemericik, juga derit bambu yang tumpang tendih
menambah suasana masjid menjadi riuh. Di belakang masjid terdapat sungai
yang waktu itu sedang kering, lalu setelah melihat sekilas gambaran
masjid tersebut diriku langsung mengambil air wudlu, dan tak lama
kemudian Mas Kir, Mas aghnan, Mas hasbi dan Mas Wicak juga ikut
mengambil air wudlu.
Setelah diriku dan beberapa orang mengambil air wudlu lalu kita memasuki
masjid, di masjid terdapat beberapa jendela kecil yang arah pandangan
nya jika dilihat dari dalam akan jatuh ke sebuah sungai. Setelah
memasuki masjid mas Hasbi berjalan-jalan sebentar mendekati jendela
sebelah samping, dan tiba-tiba ada yang aneh dengan diri mas hasbi. Dia
termenung dan menggerakan tangannya di belakang punggungnya seolah-olah
memberi kode untuk mendekatinya. Lalu dengan heran ku mendekati mas
hasbi dan dia berbisik
“Cobo deloken lewat celah jendelo iki Man, ning godong empring kae kowe weruh ora ?”
Entah mau ngomong apa lidahku mendadak kaku dan mataku benar-benar
bersinar terang, semua isi kepalaku bekerja keras untuk memastikan
apakah itu(burung) yang kulihat di literatur tadi dan yang digandrungi
oleh beberapa pengamat karena keberadaanya yang mulai sulit ditemui ?
yaa sebelum dhuhur yang benar-benar belum sempat kutunaikan sepasang
mataku ini melihat Ceyx erithacus dengan sangat dekat hanya sekitar 2-3
meter di balik celah jendela masjid. Saya dan Mas Hasbi tidak
henti-hentiya mengagumi kemolekan dan kemunculan Ceyx erithacus ini yang
tidak sadar kemolekan tubuhnya itu di nikmati oleh 2 pasang mata,
setelah kurang lebih 1 menit berlalu burung tersebut masih bertengger
malas tanpa perasaan terganggu. Mas Aghnan yang selesai wudlu pun juga
terperangah melihat kemunculan burung tersebut lewat jendela masjid.
“Asem tenan cah, ketok jelass meloo melooo Ceyx e” ujar mas aghnan mengekspresikan ketakjubannya.
Sampai pada titik tertentu tiba-tiba Ceyx erithacus tersebut merasakan
keberadaan kami karena terlalu gaduh mengaguminya, dan dengan cepat Ceyx
tersebut terbang menghilang. Sedih rasanya belum meng-qatamkan
keiindahan bulu-bulunya yang berwarna merah api tersebut, lalu tiba-tiba
Mas Wicak dan Mas Kir masuk masjid setelah selesai wudlu. Sayang sekali
keberuntungan belum berpihak kepada mereka berdua dan alhasil mereka
hanya dapat mendengarkan kekagman dan cerita kami(aku, Mas Hasbi dan Mas
aghnan). Dan yang disayangkan lagi bahwa tidak ada satupun dari kami
tadi yang membawa kamera menuju masjid untuk mengabadikan moment langka
tersebut, sedih rasanya. Namun setidaknya diriku menjadi terasa sangat
istimewa karena bisa melihat Ceyx erithacus secara langsung dengan dekat
dan itu merupakan yang pertama kalinya. Lalu setelah itu kami
menunaikan sholat dhuhur secara berjamaah. Setelah sholat selesai kami
meninggalkan masjid tersebut dengan rasa syukur dan bahagia kecuali mas
wicak dan mas Kir dan kembali menuju posko KKN mba Nia.
Disana ternyata kami telah di buatin mie instan buat makan siang, dan
tanpa penolakan kami lagsung memakanya dengan lahap karena mengingat
dari pagi kita hanya makan makanan ringan (roti Cakwe) yang dibeli mas
kir di pinggir jalan. Setelah selesai makan dan membereskan makanan maka
kami segera pamit kepada mba Nia dan teman-temannya KKN karena telah
merepotkan di sana. Namun sebelum benar-benar balik jogja Mas Kir masih
penasaran dengan si Ceyx erithacus di masjid tadi, maka kami memutuskan
untuk melakukan pengamatn lagi sebentar dan kali ini kamera juga telah
disiapkan jika keberadaan si Ceyx muncul kembali.
Namun setelah 30 menit kita nyepot di sekitar masjid si Ceyx tidak
kunjung-kunjung kelihatan lagi, alhasil kita tidak berhasil melihatnya
lagi dan hanya bisa membawa cerita serta pengalaman untuk kita sampaikan
kepada rekan rekan bionic nantinya. Walaupun kita tidak berhasil
membawakan foto Ceyx erithacus kepada rekan keluarga Bionic setidaknya
kami menemukan lokasi yang keberadaan Ceyx erithacus masih dapat di
jumpai. Terakhir kita pulang dengan membawa sebuah cerita yang
menakjubkan yang siap dibagikan ke keluarga bionic tercinta.
Komentar
Posting Komentar